Jumat, 13 Januari 2017

LANJUTAN DARI LANJUTAN PEMUJA RAISA





 

 Bayangin aja gimana caranya ekskul gue yang anak anaknya cuma modal bisa nendang bola sama ekskul yang tiap hari makanannya bola.Peluit tanda mulai petandingan sudah ditiup oleh sang pengadil lapangan. Wasitnya berasal dari ekskul soccer. Mungkin itu lebih aman ketimbang wasitnya dari ekskul gue ntar yang ada malah kaya latihan PBB atau malah latian sandi morse. Seperti pertandingan sepak bola pada umumnya semua pemain berlari berebut si kulit bundar. Hanya ada dua pemain yang berebut perhatian wanita tak lain dan tak bukan adalah gue dan si Abdel. Hukum mencuri perhatian adalah “ketika kita berusaha menunjukkan sesuatu kepada seseorang yang kita sukai maka kita akan melakukan hal yang tak biasa.” Memang bener tanpa gue sadari dari tadi gue cuma lari kesana kemari tanpa mendapat bola sekalipun. Mungkin karena faktor lapangan bola yang terlalu luas dan emang gue daritadi juga gak bergerak jauh dari depan raisa. Entah apa yang terjadi pada diri gue. Saat itu gue seperti berubah menjadi pemain bola yang sama sekali belum pernah liat bola sebelumnya. Gue salah umpan, gak bisa ngontrol bola dan lebih parahnya gue diketawain sama Raisa dan temen temenya waktu gue jatuh karena kepleset menginjak bola. Gue heran kenapa di depan orang yang gue sukai gue berubah jadi orang yang bego dan beda dari biasanya. Padahal kan biasanya gue lebih bego dari itu. Mungkin karena faktor grogi atau mungkin karena terlalu percaya diri yang jelas gue merasa gagal mencuri perhatian Raisa. 
            Tekanan batin gue diperparah setelah si Abdel berhasil mencetak gol lewat aksi individual melewati beberapa pemain tim gue yang seolah dihipnotis oleh gocekanya. Kekalahan bukan hanya dirasakan oleh tim gue tapi juga dirasakan oleh hati gue. Bukan hanya gawang tim gue yang dijebolin tapi hati gue juga dijebolin. Hal yang bikin gue langsung pengen pulang kerumah dan nangis dipojokan kamar adalah ketika si Abdel melakukan selebrasi dengan jari membentuk love sambil ditunjukkan kearah Raisa. Itu artinya dia mempersembahkan gol buat Raisa. Tapi tenang saja apakah gue menyerah? Emmm tentu saja gue rasanya pengen minta diganti dan keluar dari lapangan. Untungya stok pemain cadangan tidak memadai jadi terpaksa gue harus melanjutkan pertandingan. Gue tau tim gue sulit untuk menang. Jangankan untuk menang, untuk membangun serangan aja setengah mati. Dari situ gue berpikir bahwa gue gak bakal bisa mencetak gol bahkan gue juga belum tentu dioper. Gol demi gol pun dicetak oleh tim Abdel tapi untungnya si Abdel gak nyetak gol lagi. Sekitar 5 menit menjelang laga berakhir gue tiba tiba mendapat bola. Entah darimana asalnya bola tersebut karena sepanjang pertandingan gue jarang banget dapet operan. Dengan skill yang masih tersisa gue menggiring bola ke area lawan. Karena sibuk memperhatikan bola gue gak sadar kalau saat itu gue berhadapan satu lawan satu dengan Abdel. Si Abdel dengan wajah bengisnya mencoba merebut bolanya dari gue. Dia memang berhasil merebut perhatian Raisa dengan mencetak gol tapi kalau merebut bola dari gue gak bakal gue biarin gitu aja walaupun gue gak tau harus berbuat apa. Untungnya dulu gue sering nonton film kartun Tsubasa jadi gue bisa menjiplak sedikit skillnya tapi bukan skill yang terbang keudara atau tendangan belok belok kaya pake bola plastik. Dengan kepala tegak gue berhasil melewati Abdel dengan mengolonginya atau bahasa sepak bolanya itu nutmeg. Tolong jangan berpikir kalo gue itu jago tapi berpikirlah kalo gue itu jago banget. Skill kebetulan alias gak sengaja tadi emang gak menghasilkan gol tapi lumayan lah buat bikin malu si Abdel. Pada akhirnya mengolongi Abdel gak menolong skor akhir sama sekali. Tim gue kalah telak 4-0 dari tim Abdel. Namanya juga pertandingan pasti ada yang kalah ada yang menang ada yang imbang tapi ada juga yang menang kalah serasa imbang. Bagi gue pertandingan itu imbang karena si Abdel berhasil mencetak gol dan gue berhasil mengolongi si Abdel. Itu sih pembelaan gue aja yang gak mau kalah. *EPISODE SELANJUTNYA*