Bayangin aja gimana caranya ekskul gue yang anak anaknya cuma modal
bisa nendang bola sama ekskul yang tiap hari makanannya bola.Peluit
tanda mulai petandingan sudah ditiup oleh sang pengadil lapangan. Wasitnya
berasal dari ekskul soccer. Mungkin itu lebih aman ketimbang wasitnya dari
ekskul gue ntar yang ada malah kaya latihan PBB atau malah latian sandi morse.
Seperti pertandingan sepak bola pada umumnya semua pemain berlari berebut si
kulit bundar. Hanya ada dua pemain yang berebut perhatian wanita tak lain dan
tak bukan adalah gue dan si Abdel. Hukum mencuri perhatian adalah “ketika kita
berusaha menunjukkan sesuatu kepada seseorang yang kita sukai maka kita akan
melakukan hal yang tak biasa.” Memang bener tanpa gue sadari dari tadi gue cuma
lari kesana kemari tanpa mendapat bola sekalipun. Mungkin karena faktor
lapangan bola yang terlalu luas dan emang gue daritadi juga gak bergerak jauh
dari depan raisa. Entah apa yang terjadi pada diri gue. Saat itu gue seperti
berubah menjadi pemain bola yang sama sekali belum pernah liat bola sebelumnya.
Gue salah umpan, gak bisa ngontrol bola dan lebih parahnya gue diketawain sama
Raisa dan temen temenya waktu gue jatuh karena kepleset menginjak bola. Gue
heran kenapa di depan orang yang gue sukai gue berubah jadi orang yang bego dan
beda dari biasanya. Padahal kan biasanya gue lebih bego dari itu. Mungkin karena
faktor grogi atau mungkin karena terlalu percaya diri yang jelas gue merasa
gagal mencuri perhatian Raisa.
Tekanan
batin gue diperparah setelah si Abdel berhasil mencetak gol lewat aksi
individual melewati beberapa pemain tim gue yang seolah dihipnotis oleh
gocekanya. Kekalahan bukan hanya dirasakan oleh tim gue tapi juga dirasakan
oleh hati gue. Bukan hanya gawang tim gue yang dijebolin tapi hati gue juga
dijebolin. Hal yang bikin gue langsung pengen pulang kerumah dan nangis
dipojokan kamar adalah ketika si Abdel melakukan selebrasi dengan jari
membentuk love sambil ditunjukkan kearah Raisa. Itu artinya dia mempersembahkan
gol buat Raisa. Tapi tenang saja apakah gue menyerah? Emmm tentu saja gue
rasanya pengen minta diganti dan keluar dari lapangan. Untungya stok pemain
cadangan tidak memadai jadi terpaksa gue harus melanjutkan pertandingan. Gue
tau tim gue sulit untuk menang. Jangankan untuk menang, untuk membangun
serangan aja setengah mati. Dari situ gue berpikir bahwa gue gak bakal bisa mencetak
gol bahkan gue juga belum tentu dioper. Gol demi gol pun dicetak oleh tim Abdel
tapi untungnya si Abdel gak nyetak gol lagi. Sekitar 5 menit menjelang laga
berakhir gue tiba tiba mendapat bola. Entah darimana asalnya bola tersebut
karena sepanjang pertandingan gue jarang banget dapet operan. Dengan skill yang
masih tersisa gue menggiring bola ke area lawan. Karena sibuk memperhatikan
bola gue gak sadar kalau saat itu gue berhadapan satu lawan satu dengan Abdel.
Si Abdel dengan wajah bengisnya mencoba merebut bolanya dari gue. Dia memang
berhasil merebut perhatian Raisa dengan mencetak gol tapi kalau merebut bola
dari gue gak bakal gue biarin gitu aja walaupun gue gak tau harus berbuat apa.
Untungnya dulu gue sering nonton film kartun Tsubasa jadi gue bisa menjiplak
sedikit skillnya tapi bukan skill yang terbang keudara atau tendangan belok
belok kaya pake bola plastik. Dengan kepala tegak gue berhasil melewati Abdel
dengan mengolonginya atau bahasa sepak bolanya itu nutmeg. Tolong jangan berpikir kalo gue itu jago tapi berpikirlah
kalo gue itu jago banget. Skill kebetulan alias gak sengaja tadi emang gak
menghasilkan gol tapi lumayan lah buat bikin malu si Abdel. Pada akhirnya
mengolongi Abdel gak menolong skor akhir sama sekali. Tim gue kalah telak 4-0
dari tim Abdel. Namanya juga pertandingan pasti ada yang kalah ada yang menang
ada yang imbang tapi ada juga yang menang kalah serasa imbang. Bagi gue
pertandingan itu imbang karena si Abdel berhasil mencetak gol dan gue berhasil
mengolongi si Abdel. Itu sih pembelaan gue aja yang gak mau kalah. *EPISODE SELANJUTNYA*